Friday 16 January 2009

Ibu Rusmini, Tak Pernah Berhenti Bermimpi dan Berharap

Dipelataran taman ganesha ibu itu mengais rizkinya. Nyaris 4 tahun ia berjualan donat, minuman, makanan kecil, dan buah – buahan bersebelahan dengan pejual cireng dan koran. Sosoknya begitu sederhana tanpa poles disana – sini. Wajahnya bulat dibalut jilbab coklat dipadu dengan gamis bermotif batik. Dari luar tak ada yang istimewa tapi sosok beliau begitu hangat dan bersahabat. Tak segan bergaul dengan siapapun entah itu anak jalanan, pengemis, pedagang – pedagang keliling ataupun mahasiswa. Selalu terbuka untuk berbagi pengalaman apapun itu.

Sejak tahun 1985, ibu Rusmini dan suaminya membuka warung makanan di gelap nyawang. Dengan berjualan makanan mie dan minuman mereka menghidupi keluarganya sampai sekarang. Kedua anaknya sudah bekerja jadi bisa membantu keuangan keluarga meski penghasilan yang diperoleh pas – pasan untuk kondisi Indonesia yang seperti ini. Anak pertamanya begitu lulus SMP langsung bekerja sebagai supir angkot. Anak yang kedua sudah menikah dan punya anak, sekarang kerja di Bali.

“Ibu punya cita – cita nggak untuk anak ibu?” tanyaku.
“Wah cita – cita sih ada neng… tapi ya… kenyatannya kayak gini, susah neng” jawab ibu Rusmini
“Emang apa kendalanya bu?”
“Ekonomi neng…,”

Pandangannya menerawang mengenang masa – masa ketika beliau sedang menimang – nimang bayi mungil dilengannya. Beliau ingin sekali kelak bayi kecil ini menjadi orang yang lebih baik daripada orang tuanya. Bisa mengenyam pendidikan yang tingi melebihi kedua orang tuanya yang putus ditengan perjalannannya menempuh pendidikan sekolah dasar. Beliau ingin anaknya hidup layak dan sukses. Tapi ternyata kondisi ekonomi yang membuat semua mimipinya tersendat.

Allah selalu punya cara untuk menguji hamba – hambanya yang senantiasa bersyukur atas apa yang diperoleh. Beliau pun belajar ikhlas menerima apa yang Allah berikan saat ini.

Ibu selalu menginginkan yang terbaik bagi anak – anaknya apapun itu. Meski keadaan ekonomi keluarganya pas – pasan, tidak membuatnya berhenti untuk bermimpi dan berharap bahwa cucu dari anak keduanya bisa mengecap pendidikan yang lebih baik dari kedua orang tuanya.

Reporter : FF

No comments:

Post a Comment