Wednesday 1 April 2009

Goput, Solusi Permasalahan Bangsa?






Saya cukup kaget ketika melihat tingginya angka golput (golongan putih) pada beberapa pilkada yang telah dilaksanakan. Ternyata saat ini tingkat kepercayaan masyarakat pada para pemimpin telah menurun dengan drastis. Faktor kondisi sosial ekonomi bisa kita pilih sebagai faktor penyebab utama. Silih bergantinya tampuk kepemimpinan, tidak jua mengubah kondisi masyarakat. Mayoritas dari mereka tetap hidup dalam kesusahan dan kemeleratan.
Penyebab seseorang memilih golput bisa bermacam-macam. Ada yang berpendirian menjadi golput karena menganggap siapapun pemimpinnya tidak akan mengubah kondisi yang ada. Saya memahami keadaan mereka, namun akan lebih baik bagi mereka untuk merenungkan pilihan mereka kembali. Kita harus sadar bahwa tidak mungkin semua calon benar-benar serupa. Apalagi jika kita mengingat bahwa saat ini kita tengah berada di orde reformasi. Sebuah era keterbukaan. Pada orde-orde sebelumnya, semua calon pemimpin dicetak menjadi satu warna, hanya saja mereka disamarkan dalam partai-partai yang berbeda. Jika kita masih hidup pada masa itu, kita sangat dimungkinkan untuk golput karena siapapun calon pemimpin yang dipilih tidak akan berpengaruh terhadap perubahan. Hal ini sangat berbeda dengan kondisi sekarang. Keterbukaan telah cukup diberikan di era reformasi ini, contohnya tiap partai berhak memilih sendiri asas partainya. Dengan begitu, setiap partai mampu menggariskan sendiri jalan perjuangannya. Dan diantara para calon pemimpin tersebut, ada yang tidak seharusnya dicurigai tidak akan membawa perubahan yang berarti. Kita harus yakin orang-orang baik masih ada dalam pemerintahan kita.
Penyebab lain yang menyebabkan seseorang memilih golput karena karena sudah memiliki persepsi sendiri. Misalnya, ada sebagian kalangan yang tidak mau berpartisipasi dalam Pemilu karena bagi mereka Pemilu bukan produk Islam. Sebuah pemikiran yang amat disayangkan mengingat demokrasi tak lebih hanya sebagai wahana saja, seperti sound system dalam sebuah masjid. Bisa dipakai atau juga bisa dipakai, tergantung besanya nilai manfaat yang bisa diambil. Demokrasi memang bukan berasal dari Islam, namun jika dia memberikan manfaat kepada masyarakat maka tidak ada salahnya kita gunakan. Rasulullah tidak anti dengan produk-produk dari luar Islam selama produk tersebut memberikan manfaat dan tidak masuk dalam kategori menghalalkan segala cara. Rasulullah pernah mencontohkannya dengan menganjurkan penggunaan sistem memohon perlindungan kepada tokoh Mekkah dan juga penggunaan sistem perang parit yang berasal dari Persia. Sejak awal kepemimpinannya, Rasulullah telah memiliki tradisi musyawarah. Dan apabila pada musyawarah tidak dapat diambil keputusan bersama, maka voting dapat dilakukan. Ini dapat kita lihat ketika penentuan strategi perang Uhud. Saat itu perdebatan kaum muda dan kaum muda begitu alot sehingga akhirnya perlu diadakan voting. Hak suara Rasulullah waktu itu sama, hanya satu suara saja. Dan hasil yang didapat Rasulullah menunjukkan bahwa beliau kalah voting. Beliau pada akhirnya tetap menjalankan keputusan hasil musyawarah dan voting tersebut.
Pilihan golput akan menimbulkan beberapa efek. Pada aspek pribadi seseorang, pilihan golput akan memunculkan watak egois dan ketidakpedulian pada lingkungan sekitar. Rasulullah SAW mengancam orang-orang yang tidak peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Beliau bersabda: “ Barangsiapa yang tidak peduli kepada kaum muslim yang lainnya maka dia tidak diakui kedudukannya sebagai umat Rasulullah”. Pada aspek sosial, pilihan golput akan menghambat laju perubahan yang tengah terjadi. Kita harus sadar bahwa kita bisa menggunakan demokrasi sabagai alat perjuangan kita untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang lebih baik. Kita diajarkan untuk selalu meilih pemimpin diantara kita. Jangankan dalam lingkup negara, apabila ada tiga orang berjalan bersama maka harus dipilih salah seorang untuk menjadi pemimpin rombongan kecil tersebut. Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Setiap orang pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Kita sewajarnya menggunakan demokrasi sebagai sarana musyawarah kita untuk memilih pemimpin-pemimpin yang relatif lebih baik daripada yang lain. Jadi, apabila setiap calon memiliki kebaikan-kebaikan, kita dapat mencari calon yang relatif paling baik daripada yang lain. Sebaliknya, apabila setiap calon lebih cenderung untuk buruk, maka kita dapat meimlih calon yang keburukannya paling rendah diantara yang lain. Keberadaan pemimpin adalah mutlak adanya. Hanya pemimpin-pemimpin yang baik yang akan membawa pada keadaan yang lebih baik. Tugas kita turut berpartisipasi dalam memunculkan pemimpin yang baik tersebut dengan berpartisipasi dalam pesta demokrasi.
Negara adalah sebuah elemen penting dalam upaya mensejahterakan masyarakat. Negara dapat mengucurkan dana yang lebih besar dibanding sebuah lembaga sosial. Dana tersebut dapat disalurkan dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan, dan pertahanan. Hal ini akan terwujud jika kekuasaan negara dipegang oleh pemimpin-pemimpin yang baik. Partai adalah tempat mengkader calon pemimpin tersebut. Semua partai memang selalu berorientasi pada kekuasaan. Perbedaannya, hanya partai yang baik yang tidak akan menggunakan kekuasaannya untuk tujuan dunia saja. Partai yang baik adalah partai yang berorientasi pada akhirat. Partai yang berusaha selalu amar ma’ruf nahi munkar. Partai yang baik akan mengisi program-program kenegaraan yang memperhatikan kesejahteraan masyarakat. Ini telah dibuktikan oleh PKS. Ketika kader-kader PKS menjadi anggota dewan, kepala daerah, atau menteri, mereka benar-benar melaksanakan amanahnya dengan baik. Misalnya, Menteri Pertanian Anton Apriantono telah berhasil mewujudkan swasembada beras.
Singkatnya, pilhan Golput adalah pilihan yang buruk. Golput berarti diam saja ketika melihat kondisi yang terjadi sekitarnya. Akan lebih baik jika kita tetap turut serta dalam menentukan pemimpin negeri ini dan dapat selalu objektif dalam menilai para calon pemimpin yang ada. Sudah saatnya kecurigaan kita hilangkan. Kita dapat melihat calon pemimpin yang ada di sekitar mereka. Mana yang benar-benar berkiprah untuk masyarakat. Mana yang benar-benar ikhlas dan tanpa pamrih. Dengan turut serta dalam memilih calon pemimpin yang baik, kita berharap arus perubahan yang lebih baik terjadi di negeri yang kita cintai ini. [HM]

Baca Selengkapnya......

KAMPANYE PARPOL, GOLPUT, DAN PEMILU YANG SUKSES



*Agung Mahesa Himawan Dorodjatoen, S.T.

Hingar-bingar Pemilihan Umum 2009 dan derap kampanye partai beserta calon-calon legislatif yang diusungnya semakin intensif dalam pekan-pekan terakhir ini. Komisi Pemilihan Umum (KPU) selaku penyelenggara “kenduri” nasional ini sudah semenjak beberapa bulan ke belakang melakukan pendataan dan verifikasi pemilih. Sementara itu, partai-partai peserta Pemilu mulai berbenah dan sibuk dengan urusan memilah-milah kader-kader mereka untuk mengisi ratusan kursi wakil rakyat baik di level nasional mau pun daerah. Dalam riuh rendah pesta demokrasi lima tahunan ini, masyarakat biasa, di luar kedua pihak tadi, memiliki posisinya sendiri; sebagai konsumen hasil pemilu sekaligus pihak yang memberikan suara untuk memutar roda demokrasi. Wajar bila lantas masyarakat pun menjadi sasaran beragam wacana jelang pemilu, mulai dari golput sampai kampanye caleg dari partai-partai peserta pemilu.

Golput, sedikitnya timbul karena dua alasan besar : teknis mau pun ideologis. Teknis di sini berarti terjadi kecacatan dalam proses pendaftaran pemilih, sementara ideologis berarti masyarakat memang memilih untuk tidak memberikan suaranya dengan beberapa alasan. Alasan yang sering terdengar adalah kemampuan partai dan kader-kadernya diragukan dan sistem pemilu yang ada hanya akan kembali menghasilkan wakil-wakil rakyat yang kurang, bahkan tidak cakap. Harapan dari pihak yang memilih golput adalah supaya gerakan mereka mampu mengurangi keabsahan hasil pemilu, hingga pada puncaknya ada perbaikan sistem ke arah yang lebih baik. Sebagai sebuah wacana, golput dapat menambah khasanah pengetahuan masyarakat tentang demokrasi. Namun sebagai sebuah gerakan, golput tidak mempunyai pijakan dan tujuan yang cukup kuat. Pertama, tujuan pengurangan keabsahan pemilu tidak akan pernah tercapai. Hal ini sudah dibuktikan di Jawa Barat, Sumatera Utara dan beberapa daerah lainnya, di mana angka golput bahkan ada yang mencapai lebih dari 40%. Lantas apa yang terjadi di sana? Seperti kita tahu bersama, hasil pemilu tetap sah dan pemerintahan dapat terus berjalan. Hal itu jelas tertera dalam pasal 205-209 UU 10/2008 tentang Pemilu. Berapa pun jumlah suara sah yang terkumpul, kursi yang ada di masing-masing daerah pemilihan akan dibagi habis kepada partai-partai yang lolos ambang batas pemilihan (electoral threshold); tidak tertulis tentang legitimasi pemilu di sini. Kedua, wacana golput jelang pemilu 2009 ini tidaklah dibarengi dengan sebuah upaya konstruktif untuk menawarkan alternatif yang jelas kepada masyarakat. Alih-alih mencerdaskan, golput justru menjadi pembenaran akan sikap acuh dan pasif dari masyarakat. Setelah disuguhkan beragam berita negatif penuh “sensasi” dari media massa tentang dunia perpolitikan di Indonesia, masyarakat menemukan pembenaran atas ungkapan “politik itu kotor” dari pihak-pihak yang mewacanakan golput. Di sini kita menemukan kenyataan pahit yang berkembang di masyarakat: tidak peduli akan proses politik di Indonesia karena lebih mengutamakan untuk mengurus kehidupan sehari-hari, namun terpengaruh oleh jargon “politik itu kotor” yang diwacanakan oleh media massa populer. Masyarakat menelan bulat-bulat wacana itu dan kemudian memilih terpenjara dalam sikap pasifnya.

Di ujung sisi yang lain, kita juga menemukan gegap-gempita kampanye yang dilakukan oleh calon anggota legislatif partai peserta pemilu. Beragam upaya dilakukan, mulai dari pencerdasan hingga pengenalan sederhana melalui spanduk dan baligho; yang terkadang berlebihan dan menganggap masyarakat adalah pihak yang mudah dibodoh-bodohi. Banyak di antara mereka yang khilaf dan lupa, bahwa janji sekarang adalah utang di masa depan. Masyarakat dianggap sudah melupakan rekam jejak mereka lima tahun ke belakang; anggapan mereka: cukup digempur jelang pemilu maka suara akan dapat dipanen. Memanfaatkan masa peralihan demokrasi, calon-calon legislative semcam ini mencoba mengambil keuntungan dari massa mengambang yang senantiasa “cair” dan mudah diombang-ambingkan. Bahkan tak jarang di antara mereka masih menggunakan taktik kuno, yang sayangnya masih cukup efektif di zaman krisis seperti ini: memberi uang dan sembako kepada masyarakat untuk mendapatkan suara mereka. Dari praktik seperti ini lah lantas lahir kemuakkan sebagian masyarakat kepada sistem politik di Indonesia, yang dapat berujung ke wacana golput tadi. Inilah dia siklus yang sedang terjadi 5 tahun belakangan ini.

Sejatinya, ada dua masalah besar di sini. Pertama adalah ketidak percayaan sebagian masyarakat, pengusung wacana golput, terhadap pemilu dan semua yang terlibat di dalamnya. Kedua, pencerdasan pemilu yang kurang memadai oleh parpol-parpol peserta pemilu kepada seluruh lapisan masyarakat. Di antara dua masalah besar ini ada irisan yang sebenarnya dapat dimanfaatkan dengan lebih optimal. Karena demokrasi menuntut partisipasi aktif bukan hanya dari parpol dan pemerintah melainkan juga dari masyarakat, maka apatisme dan ketidakacuhan masyarakat lah yang harus diberantas. Bagaimana mungkin kita bisa menilai politik itu kotor apabila kita hanya sekilas mendengar dan membaca potongan-potongan berita di media massa? Di sini, sebagian masyarakat yang tidak percaya terhadap pemilu dapat meletakkan wacana golput yang diusungnya untuk bahu-membahu bersama parpol dan pemerintah melakukan pencerdasan menyeluruh kepada semua lapisan masyarakat. Hasil yang didapat akan jauh lebih efektif; masyarakat luas yang tercerdaskan akan dapat menyaring informasi yang diperoleh dari media massa, menolak dengan tegas politik uang dan lantas menjadi pengawas yang efektif terhadap keberjalanan demokrasi di Indonesia. Dari sini, semua pihak diuntungkan. Parpol dan pemerintah tidak bisa bermain-main lagi dengan suara rakyat dan pengusung wacana golput pun dapat mencapai tujuannya: perbaikan sistem, tanpa perlu mengeluarkan energi sia-sia untuk mendeligitimasi (mengurangi keabsahan) hasil pemilu, yang jelas-jelas tidak dimungkinkan oleh undang-undang.

Sebagai penutup, sebuah pertanyaan penting patut kita renungkan : Indonesia seperti apakah yang kita impikan? Jawaban apa pun yang ada, semuanya menuntut peran aktif kita dalam hidup bernegara. Kenali pemimpin dan wakil-wakil kita, pelajari apa yang sedang terjadi di negara ini dan berpartisipasilah dalam batas kemampuan kita. Pun demikian dengan Pemilu 2009; kenali parpol yang ada, amati program-program mereka dan gali informasi sebanyak mungkin tentang calon-calon legislatifnya. Jangan pernah mau terbawa hanyut dalam gelombang keputus-asaan akan proses pemilu yang sedang berjalan. Pelajari sendiri dan putuskan sendiri. InsyaAllah Indonesia yang lebih baik akan segera kita songsong.

Wallahu’alam bish-shawab.


*Penulis adalah lulusan S1 Teknik Planologi ITB yang sedang melanjutkan program pascasarjana (magister)-nya di Belanda

Baca Selengkapnya......

Monday 2 March 2009

Refleksi Sebuah Sudut Dunia Islam





Adalah keprihatinan apa yang sedang terjadi di sebuah negara Islam –Palestina—sekitar 20 hari ini. Betapa tidak? Atas nama kemanusiaan, betapa keji apa yang telah Israel lakukan terhadap rakyat Palestina. Dan betapa prihatinnya karena negara – negara dengan penduduk mayoritas Islam tidak segera bersatu melakukan tindakan. Betapa sedihnya bahkan diantara negara Islam sendiri ada yang mempertentangkan. Masih perlukah dipertanyakan untuk apakah keprihatinan itu ada demi sebuah negara bernama Palestina??? Bukankah sebagai muslim kita sudah sepatutnya ber ittiba' (mengikuti) Rasul saw? Kalau begitu mari kita tengok sabda beliau, Hadis riwayat Nukman bin Basyir ra., ia berkata : Rasulullah saw. bersabda : Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling kasih, saling menyayang dan saling cinta adalah seperti sebuah tubuh, jika salah satu anggotanya merasa sakit, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakan sulit tidur dan demam. (Shahih Muslim No.4685)

Sudah sepantasnya kita sebagai ummat Islam, ikut merasakan derita dan sakitnya rakyat Palestina disana. Sungguh pemandangan yang menyedihkan ketika rakyat Palestina disana sedang berjuang antara hidup dan mati bahkan tidak tahu apakah esok hari masih bisa bernafas, sedangkan kita masih bisa menikmati malam tahun baru masehi dengan hura – hura. Itukah mukmin yang saling mengasihi seperti satu tubuh? Tidak sadarkah bahwa zionis sedang memecah belah umat Islam? Menebar pandangan – pandangan sempit akan persatuan umat Islam. Karena sesungguhnya persatuan umat Islam itulah yang mereka takuti akan menghancurkan mereka. Karena sesungguhnya mereka itu sedang menolak sebuah kebenaran kalamullah dan takut persatuan serta kesadaran umat Islam akan memusnahkan mereka. Dengan menghalalkan segala cara mereka –zionis—melakukan upaya – upaya memecah belah umat Islam.



Apa yang terjadi di sebuah negeri Palestina itu patut menjadi refleksi bersama akan persatuan umat Islam saat ini. Umat yang katanya mengenal makna ukhuwwah Islamiyah tapi nyata – nyatanya untuk merasakan betapa pedih saudara kita disana saja tidak mampu. Seharusnya kita sadar akan musuh yang sedang menggerogoti persatuan umat Islam. Perdana Menteri Israel Olmett pernah berkata, “Kami tidak peduli apa yang terjadi di Palestina. Kami akan terus melakukan serangan sampai perdamaian terbentuk.” Perdamaian macam apa yang akan terjadi dengan serangan dan peperangan? Peperangan hanya akan meninggalkan jejak – jejak luka dan kehilangan orang – orang yang dicintai. Menteri Luar Negeri Israel pun pernah berujar, “Kami memang menjadikan anak – anak kecil dan wanita sebagai benteng.” Setelah sekian ratus orang – hampir mencapai seribu orang meninggal akibat serangan Israel, Perdana Menteri Israel pun berkata, “Saya puas dengan serangan – serangan yang kami lancarkan.” Itukah sikap yang muncul demi sebuah perdamaian? Sesungguhnya pemerintahan Islam tidak akan pernah menyia – nyiakan kaum Yahudi. Dan bahkan Rasul saw tidak pernah memperbolehkan membunuh anak – anak dan wanita saat peperangan. Begitu khawatirnya kaum Yahudi akan kebangkitan generasi Islam yang tangguh dari anak – anak kecil yang kelak menjadi pemuda perkasa serta ibu – ibu yang melahirkan generasi mujahid.Marilah kita kembali mengingat firman Allah swt,

“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik…” Q.S. Al – Maidah : 82.

Bahkan Allah pun telah mengingatkan kepada kita tiap kita membuka kembali kitab suci bahwa orang – orang Yahudi adalah orang – orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang mukmin. Lalu apa kesulitannya untuk bersatu sebagai umat Islam? Memang di negeri kita sendiri pun banyak terjadi bencana dan sedang mengalami kesulitan. Itu bukanlah sebuah alasan untuk egois dan melupakan apa yang Rasul sabdakan sebagai orang – orang mukmin. Tetaplah sebagai orang – orang mukmin kita hendaknya bersatu padu membantu saudara seiman seaqidah. Rasul pernah bersabda dalam sebuah hadist, Hadis riwayat Abu Musa ra. dia berkata : Rasulullah saw. bersabda : Seorang mukmin terhadap mukmin yang lain adalah seperti sebuah bangunan di mana bagiannya saling menguatkan bagian yang lain. (Shahih Muslim No.4684). Sekali lagi, mari kita mengingatkan diri kembali bahwa berittiba' hanyalah kepada Rasulullah saw. Mari menguatkan saudara kita terutama saat ini saudara kita di Palestina sana yang sedang mengalami kesusahan. Meski sepotong do'a saja. Dan bahwa do'a adalah kekuatan terbesar orang mukmin. Apapun yang bisa kita lakukan semampunya, mendukung saudara kita di Palestina. Semoga Allah merahmati orang – orang mukmin dan yang berjuang demi tegaknya agama Allah.



Allahumma a'izzal Islaama wal muslimiin, wa azillasy syirka wal musyrikiin.. Allahumman shur Islaama wal muslimiin, wa ahlikil kafarata wal musyrikiin.. Allahummanshur ikhwaananal mujaahidiina fii Filistiin.. Allahummanshur ikhwaananal mujaahidiina fii kulli makan.. Aamiin…
Allahu'alam bisshawab. (DK)

Baca Selengkapnya......

Bandung Dulu dan Sekarang

Berikut adalah resume wawancara dengan Ust. Asep Rodhi yang dimuat pada BEWARA Edisi 3 tanggal 19 Muharram 1430 H/15 Januari 2008,

Saya lahir di kota Bandung dan hingga saat ini tinggal di kota Bandung sehingga saya cukup banyak melihat perubahan kota yang saya cintai ini. Banyak perubahan yang telah terjadi.

Saya dahulu mengenal kota Bandung termasuk kota yang sejuk. Tidak seperti sekarang yang lumayan panas dan sangat tidak nyaman. Hal ini terjadi karena kian hari jumlah ruang terbuka hijau kian sedikit. Saya akui, saya cukup berbahagia ketika ada penambahan lahan terbuka hijau, misalnya pengubahan lahan terbuka hijau menjadi taman kota. Namun, pertambahan tersebut sebetulnya tidak terasa karena tidak sebanding dengan luas kota Bandung. Saya dahulu mengenal kota Bandung sebagai kota dengan lalu lintas yang lengang dan nyaman. Berkebailkan dengan sekarang yang sering macet di beberapa lokasi. Saya harus menambahkan waktu macet ke dalam waktu perjalanan. Selain itu, jalur yang tidak jelas sering menyulitkan para pengendara, khususnya bagi mereka yang masih baru di kota Bandung. Jumlah angkot yang terlalu banyak menjadi keluhan masyarakat karena menjadi salah satu sumber kemacetan. Kasus Trans Metro Bandung seharusnya kita jadikan pelajaran yang berharga. Kita bisa menarik garis merah bahwa kesemrawutan yang timbul adalah akibat dari kesemrawutan pembangunan.

Sering kita melihat pembangunan daerah hutan dan resapan air tanah menjadi bangunan-bangunan yang bukan peruntukannya, seperti kasus pembangunan villa daerah Punclut.
“Kesalahan pembangunan akan mengarah ke satu hal, yakni bencana.”
Semakin sedikitnya hutan akan menyebabkan kota Bandung semakin panas. Selain itu, banjir akan semakin lazim di musim hujan. Air tanah tidak lagi diserap dan akan meluapkan sungai-sungai yang ada. Jika musibah ini terjadi, kesengsaraan pasti akan dirasakan oleh seluruh warga kota Bandung yang tinggal di dekat sungai.
Salah satu yang terbaru, banjir yang dialami tetangga-tetangga saya akibat pembangunan salah satu mall baru. Di lain pihak, ada sebuah ironi ketika kita berada di musim kemarau, kita kesulitan air. Masyarakat terzalimi dengan pengelolaan air kota. Seandainya tata air dikelola dengan baik, tentu air yang ada dapat didayagunakan dengan lebih optimal.

Ketika saya berdiskusi dengan masyarakat sekitar, hal yang paling memberatkan mereka dalam hal tata kota adalah masalah pasar tradisional dan pembangunan mall. Bagi mereka, pembangunan mall sudah tidak berarah. Saya sepakat dengan mereka, di kota Bandung jumlah mall sudah terlalu banyak. Mall yang baru malah mematikan mall yang umurnya lebih tua, ini bisa kita lihat dengan sepinya mall-mall lama. Keberadaan pasar tradisional merupakan karakter asli bangsa kita dan akan sangat bermanfaat bagi para pedagang yang berjualan atau masyarakat yang berbelanja di sana. Saya melihat kondisi pasar tradisional di kota memprihatinkan.

Pemerintah kota seharusnya mampu melihat kondisi ini dan berupaya menata kembali. Namun, penataan ini jangan sampai seperti yang telah sering terjadi. Katanya hendak merenovasi pasar tradisional, tapi pada kenyataannya malah dijadikan mall. Pedagang tidak bisa lagi berjualan di sana. Akan lebih baik jika pasar itu dibangun atas inisiatif dari pedagang itu sendiri. Mereka seharusnya diikutkan dalam forum pembahasan dengan investor dan pengembang serta dilibatkan dalam pengawasan pembangunannya. Dengan begitu, semua pihak akan puas dan para pedagang tiak akan terzalimi (seperti yang sering terjadi hingga saat ini).

Idealnya, master plan (perencanaan awal) yang dibuat merupakan hasil gabungan ide dan diskusi dari seluruh unsur yang terkait. Dengan begitu, pembangunan yang diadakan akan berkelanjutan dan tidak tambal sulam. Pembangunan yang ada akan mengarah pada terciptanya kota yang ideal, lengkap, mengayomi warga, dan humanis. Bagi saya, kota Bandung belum memenuhi kriteria tersebut.

Anggota dewan harus mampu mendorong eksekutif untuk mewujudkan master plan tersebut. Selain itu, pembangunan harus mereka awasi hingga bisa konsisten. Dengan begitu, pembangunan bisa bertahap dan selalu melihat urgensi atau kebutuhan bagi masyarakat kota. Juga dalam penataan kota yang telah ada dan harus segera dibenahi. Dana yang ada jangan sampai habis untuk pembangunan yang justru tidak mendukung terciptanya kota Bandung sebagai kota yang modern dan bersahabat yang dikenal sebagai Paris Van Java dan termasuk dalam Persaudaraan Kota-Kota di Dunia. Tugas kita, untuk bersama-sama menjaganya. (HM)

Baca Selengkapnya......

Monday 19 January 2009

Tameng Perjuangan - oleh : Ummi Nurani














Pedang – pedang jihad telah terhunus
Siap bergerak ke garis terdepan
Menghadang musuh – musuh Allah
Yang menyerang garang penuh biadab

Pedang – pedang jihad telah menyatu
Menggelora disetiap relung mujahid
Tukmenghentak ulah pemberontak
Yang tiada jera melawan kebenaran

Wahai para pembela kalimat Allah
Jangan biarkan pedangmu merintih
Lantaran tak dihunus pemiliknya
Hingga tiada daya tiada guna

Wahai mujahid, kaulah prajurit sejati
Buatlah pedang jihad itu memiliki arti
Jadi tameng pengokoh hasrat juangmu
Demi tegaknya dien Allah di bumi ini

Wahai mujahid, kaulah prajurit yang dinanti
Pedang jihadmu adalah deretan yaumianmu
Jadilah benteng peradaban bangsamu
Digjayakan dien Allah di semesta ini

Baca Selengkapnya......

Friday 16 January 2009



WE WILL NOT GO DOWN (Song For Gaza)

A blinding flash of white light
Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they’re dead or alive

They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

Women and children alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who’s wrong or right

But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

===========================================================

Terjemahan lirik dalam bahasa Indonesianya :

Cahaya putih yang membutakan mata
Menyala terang di langit Gaza malam ini
Orang-orang berlarian untuk berlindung
Tanpa tahu apakah mereka masih hidup atau sudah mati

Mereka datang dengan tank dan pesawat
Dengan berkobaran api yang merusak
Dan tak ada yang tersisa
Hanya suara yang terdengar di tengah asap tebal

Kami tidak akan menyerah
Di malam hari, tanpa perlawanan
Kalian bisa membakar masjid kami, rumah kami dan sekolah kami
Tapi semangat kami tidak akan pernah mati
Kami tidak akan menyerah
Di Gaza malam ini

Wanita dan anak-anak
Dibunuh dan dibantai tiap malam
Sementara para pemimpin nun jauh di sana
Berdebat tentang siapa yg salah & benar

Tapi kata-kata mereka sedang dalam kesakitan
Dan bom-bom pun berjatuhan seperti hujam asam
Tapi melalui tetes air mata dan darah serta rasa sakit
Anda masih bisa mendengar suara itu di tengah asap tebal

Kami tidak akan menyerah
Di malam hari, tanpa perlawanan
Kalian bisa membakar masjid kami, rumah kami dan sekolah kami
Tapi semangat kami tidak akan pernah mati
Kami tidak akan menyerah
Di Gaza malam ini

Baca Selengkapnya......

Mujahadatun Nafs













Apa yang terpikirkan tentang segala hal yang indah? Coba Anda sebutkan! Apa saja? Tentu Anda punya apa yang Anda sebut indah. Uang, rumah, pemandangan, pantai, gunung, persahabatan, maaf, pengorbanan, melihat orang yang Anda cintai bahagia, al-Qur’an, perhiasan, wanita, anak – anak, mobil, dan lain sebagainya. Masing – masing orang punya sendiri hal yang disebut indah.

Mari kita lihat firman Allah berikut,
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).
Q.S. 3:14


Topik utama dari ayat di atas tentang segala sesuatu yang disebut indah oleh syahwat. Segalanya akan tampak indah karena nafsu syahwat.

Ayat yang lain menyebutkan,
Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk,
Q.S. 27:24


Dari ayat di atas kita bisa tentukan bahwa segala sesuatu yang indah itu buatan setan. Setan telah membutakan kita sehingga segala sesuatu tampak begitu indah.

Selanjutnya mari kita lihat ayat yang lainnya,
Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalangan kamu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti (kemauan) kamu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu akan mendapat kesusahan tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,
Q.S. 49:7


Ayat tersebut menerangkan tentang sebuah keimanan yang Allah tancapkan pada kita. Segala sesuatu terlihat indah karena Allah.

Mari kita bandingkan dari ketiga ayat tersebut di atas. Apa yang dapat Anda simpulkan? Mana yang Anda pilih?

Pernahkah Anda dengar hadist ini? Laa mujaahid man jahaada nafsahu fiillaah (HR. Tirmidzi)
“Mujahid adalah predikat bagi orang yang bisa menaklukkan nafsunya karena Allah.”

Dalam Hadist 41 – Imam Nawawi
Dari Abu Muhammad Abdullah bin Amr bin Ash rodhiallahu ‘anhu dia berkata: Rasulullah bersabda, “Tidak beriman seseorang di antara kalian sehingga hawa nafsunya mengikuti ajaran yang aku bawa.” (Hadits shahih, kami riwayatkan dalam kitab Al-Hujjah dengan sanad yang shahih)

Pelajaran yang dapat diambil dari hadist tersebut antara lain :
(1) Salah satu konsekuensi dari keimanan adalah menundukkan hawa nafsu dan mengikuti ajaran Rasulullah saw. Seseorang yang menuruti berbuat maksiat daripada mengikuti aturan Allah, lebih memilih memenuhi nafsunya dari pada mengikuti ajaran Rasul, bisa disebut tidak sempurna imannya.
(2) Yang dimaksud imannya tidak sempurna disini adalah cacat imannya, bukan berarti dia kafir. Seseorang yang disebut kafir adalah yang menolak ajaran Allah.
(3) Mujahadatun nafs merupakan usaha yang berat dan hanya bisa dilakukan oleh orang – orang yang selalu menancapkan keimanan serta mencintai Allah dan Rasul-Nya.

Ada tiga jenis Jihad atau disebut pula Mujahadatun nafs yang disebut pula Jihadun nafs oleh Ibn Qayyim al-Jauziyah,
1. Jihad dalam mempelajari tuntunan dan kebenaran agama.
Pada dasarnya, sudah menjadi sifat manusia tidak suka terbebani (tidak suka taklif). Kuncinya, keinginan untuk mencari tuntunan dan kebenaran agama.


Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan atau pun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
Q.S. 9:41

Quote : Idealism itu mestinya sejalan dengan Allah.

2. Jihad dalam melawan nafsu agar tetap menerapkan apa yang telah dipelajari.

3. Jihad dalam menda’wahi orang lain apa yang telah dipelajari dan dipraktekkan.

Seseorang disebut ahli jika dia telah memahami suatu ilmu dan berpengalaman. Artinya, dalam menda’wahi orang lain tentang Islam, membutuhkan usaha yang khusus dan kesabaran. Ada ungkapan, “If it is not published, then it’s perished!” Kalau tidak disampaikan, maka ia akan musnah.

4. Jihad dalam bersabar atas beban yang Allah berikan.
Yang dimaksud dengan sabar disini, bukan hanya sekali saja bersabarnya. Akan tetapi, istimraar (berkelanjutan). Anda akan mendapati pujian, cacian, dan kritikan. Biarkan saja itu menjadi ujian kesabaran Anda. Makna dari Ad diin an nasihah : agama adalah nasihat. Tidak hanya dilakukan dalam satu langkah. Tapi agama adalah nasihat merupakan sistem yang berkelanjutan dan berulang.

Dari uraian tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa menekan hawa nafsu berupa syahwat dan nafsu yang berasal dari bisikan setan harus dilawan dengan menancapkan keimanan dari Allah. Bagaimana caranya? Lakukan saja, Mujahadatun nafs, jihadun nafs!

(*diterjemahkan dari : http://mozaikperadaban.co.cc/archives/139/mujahadatun-nafs/)

Baca Selengkapnya......

TIPS : Jurus Jitu Tangkis Flu

Bandung tampaknya sudah tidak seperti dulu lagi. Cuaca yang sering berubah, kadang panas kadang dingin secara tidak langsung memberikan pengaruh bagi kesehatan. Penyakit yang biasanya menyerang adalah flu.

LANGKAH PERTAMA SAAT TERKENA FLU

1. Istirahat di tempat tidur jika merasa demam.
2. Untuk mengurangi sekresi yang terkumpul dijalan pernapasan dan menjaga tenggorokan tidak terasa kering, sering-sering minum air putih.
3. Hindari minum susu ataupun produk olahannya karena susu bisa mempertebal sekresi mukus (dahak) sehingga akan sulit dikeluarkan.
4. Jika gejala flu tidak tertahankan, konsumsi obat flu yang dijual bebas. Telitilah membaca label, kandungan obat, efek samping, serta aturan pakai yang tertera pada kemasannya.
5. Jika gejala semakin memburuk dalam waktu 72 jam atau lebih, juga disertai batuk yang tidak mau reda, segera hubungi dokter.

PENANGKIS FLU
Vitamin C : Membantu penderita flu mengurangi rasa tidak enak badan karena bekerja sebagai antioksidan (menegah radikal bebas dalam tubuh dan menghancurkannya).
Sup ayam : Berperan meningkatkan imunitas tubuh, juga membantu membersihkan mukus (dahak) dari saluran pernapasan dan menghilangkan bulion yang mengandung substansi pembawa virus pilek. Jika disajikan dalam keadaan hangat, uap yang dihasilkan dapat berfungsi megatasi sesak napas.
Daging rebus : Makanan ini kaya akan seng dan mineral lain yang dapat merangsang beroperasinya sistem kekebalan tubuh.
Buah sitrun dan jus buah-buahan : Memiliki efek antihistamin (antialergi).
Bawang putih : Dapat membantu melawan virus sehingga mengurangi gejala flu, mempercepat waktu penyembuhan dan mengurangi peluang terjangkitnya virus lain untuk datang.Juga bersifat antivirus sehingga dapat berperan sebagai pencegah infeksi alami. Manfaat bawang putih tidak berkurang meskipun dimasak.
L a d a : Mengandung capsaicin (sejenis zat yang memberikan rasa hangat) yang dapat membantu melapangkan jalan napas atas (hidung, pangkal hidung, dan laring).
K e t u m b a r : Cara praktisnya ketumbar direbus, tambahkan jahe, daun bawang putih dan madu. Air rebusan disaring lalu diminum. Untuk menghilangkan batuk, air rebusan ketumbar dibubuhi kayu manis, kumis kucing dan gula aren.

Untunglah, flu bisa sembuh dengan sendirinya bila gejalanya tidak parah dan tidak menimbulkan komplikasi. Syarat utamanya adalah, istirahat dan memngkonsumsi berbagai bahan makanan dan obat yang sesuai.

Sumber : http://www.hudzaifah.org/Article328.phtml

Baca Selengkapnya......

Liputan Kegiatan DPC

Idul Adha

Hari Selasa 9 Desember 2008, DPC PKS Bandung Wetan menyemarakkan hari raya dengan berkurban di Lapangan Masjid Al Bayinah RW 10 Tamansari. Berbekal seekor sapi sumbangan anggota dewan dan seekor kambing sumbangan seorang kader PKS Bandung Wetan, pagi itu kurban dilakukan dengan dibantu masyakat sekitar RT 03 RW 10. Daging hasil kurban langsung dibagikan siang harinya, terutama bagi masyarakat RT 03 RW 10. Senyum sumringah para penerima daging kurban memiliki makna khusus bagi para kader PKS Bandung Wetan. Pengurus berharap melalui acara ini DPC PKS Bandung Wetan sedikit dapat membantu masyarakat pada masa ekonomi sulit seperti sekarang ini. Reporter : HM


PKS Memperjuangkan Aspirasi Rakyat

Hari Ahad pagi, 14 Desember 2008, GSG RW 20 Tamansari tampak ramai. Maklum, pada hari itu DPC PKS Bandung Wetan mengadakan Reses Anggota Dewan yang dihadiri anggota dewan dari komisi B DPRD Kota Bandung, Ahmad Yani. Pada acara yang bertema “PKS Memperjuangkan Aspirasi Rakyat” tersebut, masyarakat dapat dengan langsung menyampaikan apirasi dan permasalahan yang dialami masyarakat, khususnya Kalurahan Tamansari. Pertanyaan demi pertanyaan yang diajukan cenderung mengarah pada masalah kesehatan, pendidikan, dan lingkungan. Pada waktu dan tempat yang sama, diadakan pula Pos Kesehatan Gratis bagi masyarakat sekitar. Masyarakat mendapatkan pemeriksaan kesehatan dari dokter umum dan dokter gigi, serta mendapatkan obat gratis. Acara ini juga dimeriahkan KPJ (Kelompok Pengamen Jalanan) yang menyanyikan lagu-lagu perjuangan ciptaan Iwan Fals. Semoga perjuangan PKS terus berlanju t. Reporter : Mi


Banjir 5 Desember 2008

Akibat pembangunan Pusat Belanja Balubur, perumahan di Rt 01 Rw 12 kelurahan Tamansari kebanjiran. Menurut warga, sejak tahun 70-an tingal di sana, mereka tidak pernah kebanjiran. warga sudah melapor ke pihak berwenang. Reporter : HM

Baca Selengkapnya......

Ibu Rusmini, Tak Pernah Berhenti Bermimpi dan Berharap

Dipelataran taman ganesha ibu itu mengais rizkinya. Nyaris 4 tahun ia berjualan donat, minuman, makanan kecil, dan buah – buahan bersebelahan dengan pejual cireng dan koran. Sosoknya begitu sederhana tanpa poles disana – sini. Wajahnya bulat dibalut jilbab coklat dipadu dengan gamis bermotif batik. Dari luar tak ada yang istimewa tapi sosok beliau begitu hangat dan bersahabat. Tak segan bergaul dengan siapapun entah itu anak jalanan, pengemis, pedagang – pedagang keliling ataupun mahasiswa. Selalu terbuka untuk berbagi pengalaman apapun itu.

Sejak tahun 1985, ibu Rusmini dan suaminya membuka warung makanan di gelap nyawang. Dengan berjualan makanan mie dan minuman mereka menghidupi keluarganya sampai sekarang. Kedua anaknya sudah bekerja jadi bisa membantu keuangan keluarga meski penghasilan yang diperoleh pas – pasan untuk kondisi Indonesia yang seperti ini. Anak pertamanya begitu lulus SMP langsung bekerja sebagai supir angkot. Anak yang kedua sudah menikah dan punya anak, sekarang kerja di Bali.

“Ibu punya cita – cita nggak untuk anak ibu?” tanyaku.
“Wah cita – cita sih ada neng… tapi ya… kenyatannya kayak gini, susah neng” jawab ibu Rusmini
“Emang apa kendalanya bu?”
“Ekonomi neng…,”

Pandangannya menerawang mengenang masa – masa ketika beliau sedang menimang – nimang bayi mungil dilengannya. Beliau ingin sekali kelak bayi kecil ini menjadi orang yang lebih baik daripada orang tuanya. Bisa mengenyam pendidikan yang tingi melebihi kedua orang tuanya yang putus ditengan perjalannannya menempuh pendidikan sekolah dasar. Beliau ingin anaknya hidup layak dan sukses. Tapi ternyata kondisi ekonomi yang membuat semua mimipinya tersendat.

Allah selalu punya cara untuk menguji hamba – hambanya yang senantiasa bersyukur atas apa yang diperoleh. Beliau pun belajar ikhlas menerima apa yang Allah berikan saat ini.

Ibu selalu menginginkan yang terbaik bagi anak – anaknya apapun itu. Meski keadaan ekonomi keluarganya pas – pasan, tidak membuatnya berhenti untuk bermimpi dan berharap bahwa cucu dari anak keduanya bisa mengecap pendidikan yang lebih baik dari kedua orang tuanya.

Reporter : FF

Baca Selengkapnya......

Wawancara Tokoh

Wawancara dengan Ustadz Asep Rodhi Hasbullah

Menurut Ustadz, bagaimana Islam memandang posisi seorang ibu?
Bismillahirahmanirrahiim…
Islam memandang bahwa sebagai seoarang manusia yang berada di bawah lindungan ALLAH SWT seorang wanita itu (termasuk ibu di dalamnya) dan seorang laki-laki (termasuk suami di dalamnya) itu kedudukannya sama. Mereka itu kedudukannya sama. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi para wanita mendukung emansipasi yang ekstrim. Islam sudah membela emansipasi wanita. Jadi, tidak ada alasan lagu untuk ekstrem di bidang kesetaraan gender. Islam sangat memperhatikan kaum wanita, khususnya para ibu. Dalam Islam, ibu demikian tinggi nilainya. Kita bisa melihatnya dari hadits: “Syurga dibawah telapak kaki ibu”. Dalam hadits ini, bapak tidak disebut. Kita bisa katakan, apabila anak menginginkan syurga maka dia tinggal pergi ke ibunya saja. Inilah status tinggi kedudukan seorang ibu yang sekaligus menunjukkan ada tanggung jawab seorang ibu di sana.

Tapi, beberapa pihak malah menyatakan sebaliknya. Islam disebut sebagai agama yang menghalagi kemajuan wanita, apa pendapat ustadz tentang pernyataan tersebut?
Berbicara masalah kesetaraan gender, Islam itu sudah dari jauh-jauh hari membela kaum ibu. Sebelum kedatangan Islam, kaum ibu dianggap seperti benda biasa, begitu rendah martabatnya. Wanita hidup dalam kenistaan, misalnya pada masa dulu seorang ibu dapat diwariskan seorang ayah pada anaknya untuk dapat “digunakan” anaknya, na’udzubillahi min dzalik. Dan kemudian, status keistriannya pun sangat lemah, sangat tidak mendukung dari segi kemanusiaan. Islam memang memberi batasan, namun dengan pembatasan yang tidak ekstrim. Islam memakai jalan tengah. Sangat adil dalam menentukan peran seorang ibu. Andaikan Islam ini terlihat menomor duakan kaum ibu, misalnya yang terkenal adalah aturan hak waris wanita sebesar setengah dari laki-laki, itu sebenarnya memposisikan ibu pada posisi yang sewajarnya. Bukankah para suami itu adalah para pencarai nafkah? Suami harus menafkahi istri, sedangkan harta istri tidak boleh diganggu gugat oleh suami. Dengan begitu, ibu itu bisa fokus mengurus dirinya, suaminya, dan anak-anaknya. Hal ini tidak akan bisa tergantikan. Apabila ibu meninggalkan peran tersebut, maka peran itu akan kosong dan terjadilah kerusakan di dunia manusia. Kemajuan wanita sifatnya betul-betul sesuai kodrat wanita yang nyata, jangan sampai lepas dari kodrat tersebut.

Memangnya, apa pentinganya keberadaan istri bagi suami?
Tentu saja, banyak. Pada prisnsipnya ketika kita menjalani bahtera rumah tangga kita punya tujuan bersama. Istri adalah partner untuk bersinergi sehingga apabila tidak ada istri akan terjadi kehilangan yang sangat besar. Istri lah yang akan merawat generasi untuk meneruskan perjuangan. Istri juga merupakan amanah dan kenikmatan terbesar dari ALLAH SWT, itu juga harus dipelihara terus untuk menjadikan istri yang solihah sebagai jaminan kenikmatan dunia yang terbesar. Kemudian, istri juga membuat suami menjadi lebih dewasa karena menjadi tanggung jawab para suami. Selain itu, ada yang akan mengkritik di rumah dengan tanpa tedeng aling-aling. Yang kalah penting, kita bisa lebih fokus dengan pekerjaan-ekerjaan kita karena istri memerankan fungsi dan tugas rumah tangga. Singkatnya, kita bisa katakan, keberadaan istri itu mutlak dibutuhkan suami.

Jika memang Islam memandang peran penting istri dalam rumah tangga, apakah kemudian Islam memperbolehkan wanita beaktivitas di luar rumah?
Iya, Islam itu mendukung wanita beaktivitas, bisa bekerja atau dalam kegiatan sosial. Bisa jadi aktivitas yang mengkin memiliki persamaan dengan yag digeluti laki-laki. Dalam bidang sosial, ilmu pengetahuan, teknologi, politik, bisnis, atau yang lain. Silakan...tetapi harus diingat, mereka tetap harus selalu sesuai dengan kodratnya sebagai seorang ibu. Seorang ibu itu mulia, karena dia merawat manusia, minimal merawat manusia yang ada di rumahnya. Berbeda dengan seorang ayah yang lebih fokus ke arah hal-hal yang bersifat kebendaan, misal dalam hal ekonomi. Melihat hal itu, lantas kenapa malah diperjuangkan kesetraan gender yang kebablasan, perjuangan yang mengkhianati kodrat seorang ibu. Wanita silakan aktif di luar rumah, asal batas-batas berupa fungsi dan peran ibu masih selau terjaga.

Kalau boleh tahu, apakah istri ustadz masuk kategori sibuk?
Iya. Istri saya sibuk sehingga saya tahu betapa lemahnya seorang istri yang sibuk itu ketika harus kembali pada fungsi dan perannya sebagai seoarang ibu. Dan ini juga dirasakan beratnya oleh saya sebagai suami karena saya harus beraktivitas diluar dan tetap harus menjadi pemimpin di rumah. Jadi, sebenarnya sama saja. Mau dia suami atau dia istri, masing-masing memiliki beban amanah. Dalam hal tugas, selain di rumah, Istri saya aktif di luar. Di PKS sebagai staf bidang kewanitaan dan di AIPL (Asosiasi Ibu Peduli Lingkungan) sebagai ketua. AIPL saat ini program utamanya adalah pengolahan sampah sistem Takakura. Dan itu cukup menyibukkan. Tapi, alhamdulillah, ada ibu-ibu lain yang membantu.

Apakah dengan segala kesibukan istri ustadz, apakah beliau masih bisa memaksimalkan perannya di rumah?
Ya di atur-atur lah, seperti kata Hasan Al banna mangatakan bahwa waktu kita itu sedikit dibanding dengan daftar kewajiban-kewajiban kita. Sama halnya istri saya juga, waktunya sama dengan kita, yaitu 24 jam. Tentunya ini membutuhkan manajemen waktu dan manajemen keluarga tersendiri. Namun, jika dinikmati, insya ALLAH akan terbiasa.

Dari pengalaman ustadz, apa hikmah wanita aktif di luar, dibanding jika hanya di rumah saja?
Seorang ibu adalah kepanjangan tangan tugas keluarga. Namun, tugas keluarga itu tidak membuat dia keluarga-minded yang lantas menghilangkan manfaatnya bagi masyarakat. Rasulullah SAW bersabda: ”manusia terbaik adalah manusia yang paling bermanfaat bagi yang lain”. Jadi, ini adalah tuntutan dari keyakinan kita sebagai seorang muslim dan tuntutan sosial budaya dari masyarakat. Seorang ibu itu perlu aktif di luar, baik itu berupa karier, aktivitas yang sifatnya sosial, atau sekedar bertetangga. Para suami harus menyiapkan agar para istrinya dapat aktif di luar rumah demi menjaga eksistensi istrinya sebagai seorang wanita.
Untuk keluarga saya, ada hikmah tersendiri. Keluarga saya bisa lebih tumbuh dewasa, tidak manja, selalu berusaha mandiri, tidak terlalu ketergantungan kepada istri saya. Artinya, kami semua dapat saling membantu tugas-tugasnya di rumah.

Ustadz sendiri sibuk, istri juga sibuk. Lantas bagaimana Ustadz memerankan peran kepala rumah tangga agar situasi keluarga tetap baik meskipun semuanya sibuk?
Yah, memang dari segi intensitas, kami bisa jadi jarang bertemu. Kadang seharian bisa tidak bertemu, hanya bisa bertemu di waktu malam ketika tidur. Itu bisa saja terjadi. Yang penting adalah sikap saling percaya, saling mendorong bahwa ini adalah tugas dan peran yang harus dijalankan. Saya harus bisa mengaturnya. Misal, istri senang dengan kalimat verbal, ya dalam kesempitan waktu tetap kita ucapkan kata-kata verbal yang menyenangkan istri. Itu akan menjadi pelipur dari kesibukan masing-masing. Bisa juga ketika ada pekerjaan istri di rumah yang suatu saat harus di tinggalkan, saya harus siap membantu. Saya mengkondisikan keluarga dan istri pun menyatakan kekurangannya dengan meminta maaf kepada keluarga. Atau bisa juga dikompensasikan istri saya dengan kasih sayang dalam bentuk lainnya. Jadi kami mencoba menjadi keluarga yang dewasa, itu kuncinya.

Setelah terkondisikan, tapi apakah anak-anak masih ada yang mengeluhkan hal itu?
Sebagai seorang anak pasti menginginkan semacam pelayanan dari orang tua, itu wajar. Dan ketika pelayanan itu kurang, wajar apabila ada keluhan. Tapi, itu sifatnya insidental saja. Seperti ketika tugas mereka menumpuk atau ketika mau ujian sehingga merasa perlu bantuan kadang-kadang keluhan mereka muncul.

Untuk menjaga ritme keluarga apakah di keluarga ustadz ada aktivitas bersama yang diprioritaskan?
Tentu, itu selalu diupayakan. Kadang kami mengusahakan makan bersama di rumah, mengobrol bersama, menonton salah satu program TV bersama, saling mengingatkan, saling mengoreksi, dll. Atau juga, sesekali dengan momen2 tertentu kita pergi keluar bersama. Semacam rekreasi, tapi tentu sebatas kemampuan ekonomi yang ada. Misalnya, menengok saudara yang ada di pesantren.

Saat ini, demikian banyak ketidakharmonisan rumah tangga akibat istri terlalu banyak beraktivitas di luar, menurut ustadz, apa penyebab ketidakharmonisan RT?
Si istri keluar rumahnya untuk apa? Misalnya, karena suami tidak mampu. Jika memang suami tidak mampu, harap dikompensaikan. Bantu dong istrinya. Suami harus mau melakukan tugas rumah tangga jika istri keluar rumah atas kesepakatan bersama. Kecuali jika sang istri keluar hanya untuk mengejar obsesi kesenangan pribadi tanpa pertimbangan keluarga dan masyarakat. Itu lah penyebab ketidakharmonisan rumah tangga. Buat apa berumah tangga kalau berjalan sendiri-sendiri? Sekali lagi, istri boleh beraktivitas keluar rumah, tapi tetap harus membawa fungsi dan peran dia sebagai anggota keluarga juga. Itu bisa dan harus disiasati, dengan begitu tidak akan menjurus pada pertengakaran atau bahkan perceraian, na’udzubillahi min dzalik.

Dari segi perundang-undangan, apakah menurut ustadz undang-undang kita sudah cukup melindungi wanita untuk beraktivitas di luar rumah? Idealnya undang-undang itu wujudnya seperti apa ustadz?
Ibu itu ibarat kunoing telur, dilindungi cangkang dan putih telur. Karena itulah dalam Islam ada perintah jilbab untuk menjaga aurat para ibu, itu sangat efektif. Kalau dihubungkan perundang-undangan untuk perlindungan keberhargaan atau kemuliaan ibu itu tadi, bagi saya belum ideal. Misalnya, masih memberi peluang untuk bekerja di luar kodratnya. Seperti harus lembur, padahal dengan bekerja nya saja sudah memberatkan keluarga. Efeknya akan banyak. Idealnya, udang-undang tadi tetap bisa mengarahkan wanita untuk selalu sesuai kodratnya.

Terakhir ustadz, apa pesan untuk para ibu di Bandung Wetan?

Sebaiknya para ibu mengingat kembali kodratya sebagai seorang wanita. Bukankah syurga di bawah telapak kaki ibu, tapi pada kenyataannya tak jarang anak-anaknya malah bergaul dengan yang lebih menjurus pada neraka. Oleh karena itu, ibu benar-benar harus dapat memerankan perannya dan mewujudkan syurga di bawah telapak kaki ibu. Ibu harus bisa memayungi keluarga. Seperti kita ketahui, banyak wanita di Bandung Wetan ini berkarier, silakan, namun tetap jangan lupa kodratnya. Peran ini tidak bisa digantikan pembantu karena pembantu hanyalah membantu rumah tangga. Seorang ibu harus tetap menjalankan perannya sebagai seorang ibu, apapun profesi yang digelutinya.

Sebelum kedatangan Islam, kaum ibu dianggap seperti benda biasa, begitu rendah martabatnya. Wanita hidup dalam kenistaan, misalnya pada masa dulu seorang ibu dapat diwariskan seorang ayah pada anaknya untuk dapat “digunakan” anaknya, na’udzubillahi min dzalik. Dan kemudian, status keistriannya pun sangat lemah, sangat tidak mendukung dari segi kemanusiaan. Islam memang memberi batasan, namun dengan pembatasan yang tidak ekstrim. Islam memakai jalan tengah. Sangat adil dalam menentukan peran seorang ibu. Islam sangat memperhatikan kaum wanita, khususnya para ibu. Dalam Islam, ibu demikian tinggi nilainya. Kita bisa melihatnya dari hadits: “Syurga dibawah telapak kaki ibu”
Dalam hadits ini, bapak tidak disebut. Kita bisa katakan, apabila anak menginginkan syurga maka dia tinggal pergi ke ibunya saja. Inilah status tinggi kedudukan seorang ibu yang sekaligus menunjukkan ada tanggung jawab seorang ibu di sana. Seorang ibu itu mulia, karena dia merawat dan mendidikmanusia, minimal merawat dan mendidik manusia yang ada di rumahnya. Berbeda dengan seorang ayah yang lebih fokus ke arah hal-hal yang bersifat kebendaan, misal dalam hal ekonomi.Ketika menjalani bahtera rumahtangga, kita punya tujuan bersama. Istri adalah partner bersinergi, istri adalah amanah dan istri juga membuat suami menjadi lebih dewasa. Seorang ibu adalah kepanjangan tangan tugas keluarga. Namun, tugas keluarga itu tidak membuat dia keluarga-minded yang lantas menghilangkan manfaatnya bagi masyarakat.
Rasulullah SAW bersabda: ”manusia terbaik adalah manusia yang paling bermanfaat bagi yang lain”.
Jadi, ini adalah tuntutan dari keyakinan kita sebagai seorang muslim dan tuntutan sosial budaya dari masyarakat. Seorang ibu itu perlu aktif di luar, baik itu berupa karier, aktivitas yang sifatnya sosial, atau sekedar bertetangga. Para suami harus menyiapkan agar para istrinya dapat aktif di luar rumah demi menjaga eksistensi istrinya sebagai seorang wanita. Meskipun istri boleh beraktivitas keluar rumah, tapi tetap harus membawa fungsi dan peran dia sebagai anggota keluarga.
Sebaiknya para ibu mengingat kembali kodratya sebagai seorang wanita. Bukankah syurga di bawah telapak kaki ibu, tapi pada kenyataannya tak jarang anak-anaknya malah bergaul dengan yang lebih menjurus pada neraka. Oleh karena itu, ibu benar-benar harus dapat memerankan perannya dan mewujudkan syurga di bawah telapak kaki ibu. Ibu harus bisa memayungi keluarga. Seperti kita ketahui, banyak wanita di Bandung Wetan ini berkarier, silakan, namun tetap jangan lupa kodratnya. Peran ini tidak bisa digantikan pembantu karena pembantu hanyalah membantu rumah tangga. Seorang ibu harus tetap menjalankan perannya sebagai seorang ibu, apapun profesi yang digelutinya.

Baca Selengkapnya......